KTT G20 Afrika Selatan 2025: Momentum Global Selatan dan Solidaritas Afrika
Genews.co.id – Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva menjadi presiden pertama yang mendarat di Afrika Selatan dalam rangka menghadiri KTT G20 di Afrika Selatan pada hari Jumat. Ia tiba di Bandara Internasional OR Tambo untuk disambut dengan secara seremonial militer saat Johannesburg bersiap menjadi tuan rumah pertemuan G20 pertama di negara Afrika.
Sekitar satu jam kemudian, Perdana Menteri India Narendra Modi mendarat di Pangkalan Angkatan Udara Waterkloof di Pretoria. Beliau disambut dengan lagu dan tarian tradisional yang mencerminkan keragaman budaya setempat. Kedatangan mereka ini menandai dimulainya pertemuan puncak akhir pekan yang dibayangi oleh pemboikotan Amerika Serikat dan dipandang sebagai momen penting bagi representasi Global Selatan di panggung dunia.
Pertemuan pada 22-23 November mempertemukan 18 para pemimpin negara dari 19 negara anggota G20. Pemerintahan Presiden Donald Trump menolak hadir karena klaim kontroversial mengenai perlakuan Afrika Selatan terhadap Afrikaner kulit putih. Selain itu, Presiden Xi Jinping juga tidak hadir, dan Menteri Li Qiang yang mewakili Beijing.
Solidaritas dan Prioritas Afrika di Pusat Perhatian KTT G20

Afrika Selatan sudah berhasil menyelenggarakan KTT dengan mengusung tema “Solidaritas, Kesetaraan, Keberlanjutan”. Yang memprioritaskan ketahanan bencana, keberlanjutan utang bagi negara-negara berpenghasilan rendah, dan pembiayaan untuk transisi energi. Uni Afrika akan menjadi anggota tetap di G20 selama masa kepresidenan India pada tahun 2023. Dan juga akan memainkan peran sentralnya dalam berjalannya diskusi.
Representasi Pemimpin Dunia dan Sikap Terhadap Pemboikotan AS

Dalam pernyataan perpisahannya, Modi menekankan pentingnya KTT sebagai yang pertama di selenggarakannya di Afrika. Ia juga menyatakan bahwa perspektif India yang sejalan dengan visi misi bangsa ” satu bumi, Satu keluarga, Satu masa Depan”. Ia juga dijadwalkan untuk berpartisipasi dalam KTT India-Brasil-Afrika SElatan (IBSA) ke enam di sela-sela pertemuan G20.
Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, menegaskan bahwa ketidakhadiran Negara Amerika Serikat merupakan “Kerugian mereka”. Selain itu ia juga menegaskan ” politik boikot tidak berhasil” . Ursula von der Leyen yaitu Presiden Komisi Eropa memuji Afrika Selatan karena menempatkan Multilateralisme di pusat Agenda G20. Pertemuan kali ini mencerminkan upaya bersama untuk memperkuat solidaritas dan kesetaraan di ranah internasional yang semakin kompleks. Terutama sekali di tengah dinamika geopolitik saat ini.


