×

Balas Dendam IRGC Iran setelah Komandan Senior Hizbullah Gugur di Beirut

Genews.co.id – Dalam keadaan duka yang mendalam. Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mengumumkan seruan balas dendam usai terbunuhnya komandan militer tertinggi Hizbullah Haitham Ali Tabatabai. Seruan balas dendam itu akibat serangan udara Israel di pinggiran selatan Beirut.

Insiden ini semakin memanas karena ketegangan yang telah lama di kawasan tersebut sejak gencatan senjata yang terjadi setahun lalu. IRGC menegaskan bahwa pembalasan adalah sebuah kewajiban bagi Poros Perlawanan dan Hizbullah Lebanon. Yang dianggap sebagai pejuang Islam pemberani yang darahnya wajib dibalas. Seruan ini sekaligus menjadi bentuk dukungan iran terhadap sekutunya di Lebanon. Sumber;news.okezone.com

Ketegangan Meningkat, Iran Tebar Ancaman Keras ke Israel

Kematian Hizbullah Haitham Ali Tabatabai menjadi penyulut amarah dari berbagai pihak. Termasuk Ali Larijani, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, yang secara terbuka mengumumkan seruan yang mengkonfrontasi lebih serius dengan Israel. Meskipun gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat telah menghentikan perang langsung selama dua belas hari di pertengahan tahun ini.

Permusuhan tak kunjung padam dan konflik meluas ke proksi-proksi regional, dan termasuk pemberontak di Yaman dan kelompok milisi di Irak. Dalam konferensi pers media IRGC, serangan yang terjadi tersebut dapat dikategorikan sebagai perbuatan “brutal” dan “teroris” . Dan yang menjadi alasan kuat untuk mengambil tindakan balasan pada waktu yang tepat.

Dampak Serangan dan Gambaran Luka di Lebanon

Akibat dari serangan tersebut, sedikitnya lima jiwa melayang, termasuk Tabatabai, dan puluhan lainnya mengalami luka-luka. Serangan diarahkan pada sebuah apartemen di daerah Haret Hreik yang kerap menjadi kawasan aktif milisi Hizbullah pada 23 November 2025. Kementerian Kesehatan Lebanon merilis laporan mengenai korban yang terus bertambah.

Sementara itu, pemerintah Iran melalui kementerian luar negerinya mengecam keras serangan sebagai pelanggaran serius terhadap gencatan senjata dan kedaulatan Lebanon. Israel yang mendukung operasi tersebut menyatakan bahwa sasaran mereka adalah fasilitas militer dan pejuang Hizbullah yang dianggap sebagai ancaman langsung.

Konflik ini bukan hanya soal wilayah, tapi juga menggambarkan pergulatan geopolitik yang kompleks antara kekuatan regional dan internasional, di mana Iran dan Israel berada di posisi saling berhadapan dengan sekutu masing-masing.