Perkuat Kemandirian, Indonesia Pacu Teknologi Logam Tanah Jarang

Genews.co.id – Brian Yuliarto, Menteri Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi, menegaskan pentingnya bekerja sama untuk memperkokoh kemandirian teknologi logam tanah jarang Indonesia. Penjelasan ini dijelaskan saat seminar yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Geologi ITB di Bandung pada 1 November 2025. Brian Yuliarto juga menjabat sebagai kepala Badan Perindustrian Mineral. Ia juga menekankan menguasai teknologi sebagai kunci utama kedaulatan mineral strategis.

Brian mengingatkan agar kita harus lebih banyak belajar dari negara-negara lain seperti Jepang, Korea, dan Tiongkok karena itu sangat penting. karena negara lain sudah berhasil berkembang melalui riset dan teknologi pengolahan mineral strategis

Kajian Potensi dan Produksi Logam Tanah Jarang Siap Rampung Akhir 2025

Badan perindustrian mineral ini telah dibentuk melalui keputusan presiden nomor 77/p/2025 pada tanggal 25 Agustus 2025. Lembaga yang dikhususkan untuk mengelola industri pertahanan logam tanah jarang dan juga mineral radioaktif. Yang dipersiapkan untuk Indonesia adalah mempersiapkan aspek produksi logam tanah jarang, penghitungan sumber daya dan cadangan, hingga pemetaan distribusi. ucap Brian. Sumber ; Tambang.co.id

Hasil kajian potensi logam tanah jarang di Indonesia ini biasanya akan dilaporkan pada bulan November atau awal Desember tahun 2025. Indonesia memiliki sumber sekunder yang berasal dari tailing timah, nikel, bauksit, dan FABA (fly ash bottom ash), serta sumber primer yang sedang dalam survei geologi.

Kolaborasi Triple Heliks Dorong Inovasi Pengolahan Mineral Strategis

Kolaborasi ini juga didukung oleh triple heliks antara ITB, PT Timah, dan pemerintah Indonesia menghasilkan pengembangan logam tanah jarang. ITB menyediakan sumber daya dan teknologi, PT Timah, sebagai BUMN, melakukan penelitian dan eksplorasi, dan pemerintah mendorong pemanfaatan teknologi. Dengan 15 sabuk metalogenik

Indonesia memiliki potensi yang sangat besar, tetapi masih banyak yang harus dipelajari. Logam tanah jarang dikenal sebagai “emas hijau abad ini” sebagai kunci energi dan teknologi nasional. Kerja sama semacam ini penting untuk mendorong pertumbuhan industri hilir dan kesejahteraan bangsa.

Anda Mungkin Telah Melewatkannya