Hypophrenia: Sedih Mendadak Tanpa Sebab yang Jelas
Genews.co.id -Hypophrenia merupakan kondisi psikologis di mana seseorang merasa sedih mendadak, kehilangan semangat. Atau emosi datar tanpa alasan jelas, sering disertai menangis tiba-tiba. Kondisi ini membuat penderita sulit merasakan kebahagiaan, kurang energi, dan kesulitan mengekspresikan emosi normal. Dan kini semakin relevan di era pasca-pandemi dengan tekanan sosial media dan isolasi.
Gejala umum mencakup kehilangan minat aktivitas harian, kesulitan konsentrasi, gangguan tidur, serta perubahan nafsu makan. Stres berkepanjangan seperti konflik keluarga, masalah ekonomi, atau kehilangan orang tercinta menjadi pemicu utama. Karena membebani emosi hingga sulit diekspresikan secara sehat.
Perbedaan Hypophrenia dan Depresi

Gangguan neurologis seperti skizofrenia, demensia, stroke, atau cedera kepala juga berkontribusi dengan mengganggu fungsi otak dalam mengolah emosi. Selain itu, gangguan kecemasan kronis memperburuk kondisi ini melalui pikiran berputar-putar yang menyebabkan kelelahan emosional dan fisik.
Hypophrenia mirip depresi dalam rasa sedih dan kehilangan energi, tetapi hypophrenia lebih fokus pada emosi datar atau tangisan tanpa pemicu jelas, sementara depresi melibatkan gejala fisik-emosional lebih luas seperti putus asa berkepanjangan.
Hypophrenia di Masa Sekarang dan Solusinya

Berbeda dengan bipolar yang punya fase mania (energi tinggi, percaya diri berlebih) dan depresi bergantian, hypophrenia hanya satu fase sedih konstan tanpa siklus ekstrim. Depresi sering disertai hilang nafsu makan atau tidur berlebih secara kronis, sedangkan hypophrenia lebih tiba-tiba dan terkait stres akut.
Di tahun 2025, hypophrenia meningkat akibat tekanan digital, kerja remote, dan ketidakpastian ekonomi pasca-pandemi, membuat banyak orang muda rentan. Solusi utama meliputi konsultasi psikolog untuk terapi perilaku kognitif, mengelola stres melalui meditasi atau olahraga rutin, serta dukungan sosial dari keluarga. Hindari isolasi dengan rutinitas harian positif seperti journaling emosi atau tidur teratur, dan segera cari bantuan medis jika gejala berlangsung lebih dari dua minggu.


