Banjir Lahar Dingin Gunung Semeru: Dampak, Evakuasi, dan Penanganan di Lumajang
GeNews.co.id – Banjir lahar dingin dari Gunung Semeru di Lumajang terjadi kembali pada hari Jumat, 21 November 2025. Banjir lahar dingin ini diakibatkan oleh curah hujan yang sangat deras. Hal ini menyebabkan material vulkanik bercampur udara dan mengalir di sepanjang aliran sungai Besuk Kobokan. Banjir lahar ini sempat memicu letusan sekunder yang terdeteksi seismograf dengan amplitudo maksimum mencapai 43-45 mm.
Aliran Lahar dan Letusan Sekunder: Ancaman Terbaru di Lumajang

Hal ini menyebabkan semburan asap dan abu yang membatasi jarak pandang di jalur penghubung Lumajang-Malang. Demi keselamatan warga dan pengendara, akses jalan sempat ditutup. Akses di jalan bawah jembatan Gladak Perak di desa Sumberwuluh juga ikut terdampak. Pihak berwenang menghimbau warga agar menjauhi aliran sungai yang terdampak banjir lahar. Hal ini untuk menghindari resiko kecelakaan. Sumber;metrotvnews.com
BPBD dan aparat bertindak cepat untuk segera menutup jalur yang terdampak. Banjir lahar dingin ini adalah fenomena lanjutan pasca letusan Gunung Semeru yang terjadi pada 19 November 2025. Tidak ada laporan korban jiwa baru yang signifikan akibat banjir lahar dingin ini.
Upaya Evakuasi dan Kondisi Pengungsi

Upaya evakuasi dilakukan secara cepat dan tertib dengan prioritas keselamatan warga sehingga tidak ada korban jiwa yang dilaporkan sejauh ini. Warga yang sempat mengungsi telah mulai kembali ke rumah masing-masing setelah situasi dianggap lebih aman, meskipun beberapa rumah mengalami kerusakan akibat lahar material.
Jumlah pengungsi akibat banjir lahar dingin dan letusan Gunung Semeru di Lumajang saat ini 449 hingga 1.116 jiwa. Pengungsi ini tersebar di beberapa lokasi pengungsian di kecamatan Pronojiwo dan Candipuro. Dari data BPBD Jawa Timur pada 21 November 2025 menyebutkan pengungsi berada di tiga tempat.
Tiga tempat yang diduduki tempat mengungsi yaitu SMPN 2 Pronojiwo (239 jiwa), SDN 4 Supiturang (91 jiwa), dan Masjid Supiturang (169 jiwa). Selain itu, laporan lainnya mencatat hingga 1.116 warga mengungsi di sembilan lokasi yang berbeda.
Lokasi tersebut meliputi rumah kepala desa, kantor kecamatan, sekolah, balai desa, dan masjid di sekitar. Sementara itu, selama masa tanggap darurat, pemerintah daerah bersama-sama BPBD dan BNPB menyediakan bantuan logistik, dapur umum, dan layanan dasar untuk memenuhi kebutuhan para pengungsi.


