Industri Tekstil Hulu Indonesia Menjerit, Penutupan Lima Pabrik Mengancam Ribuan Pekerja

Genews.co.id Industri tekstil hulu Indonesia kembali menjerit pilu, pasalnya penutupan resmi lima pabrik mengancam tiga ribu pekerja dengan PHK. Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI). Kerugian besar akibat masuknya produk impor berupa kain dan benang dengan harga dumping memicu penutupan lima pabrik tersebut.

Sehingga menyebabkan produk lokal kalah bersaing. Sekretaris jenderal APSyFI, Farhan Aqil Syauqi, menyatakan bahwa lima perusahaan tersebut gulung tikar, di antaranya PT Polychem Indonesia di Karawang dan Tangerang. PT Pacific Fibers di Karawang, PT Rayon Utama Makmur (bagian dari group Sritex). PT Panasia Indosyntec, dan PT Susilia Indah Synthetics Fiber Industries di Tangerang.

Kerugian Akibat Impor Dumping dan Penurunan Kapasitas Operasi Pabrik

Kondisi ini semakin parah dengan enam pabrik lain yang kini beroperasi di bawah kapasitas 50%, bahkan di antaranya menerapkan sistem on-off. Lima mesin polimerisasi dilaporkan telah berhenti beroperasi total. Farhan juga memperingatkan jika pemerintah tidak segera mengendalikan arus impor dan membuka terkait kuota impor terbesar, maka akan ada potensi penutupan pabrik tekstil lainnya pada tahun 2026 mendatang.

Langkah Pemerintah Perketat Pengawasan dan Mempersiapkan Bea Masuk Anti dumping

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menanggapi tentang masalah tekanan industri tekstil ini. Purbaya berkomitmen akan memperketat pengawasan di pelabuhan agar bisa mencegah masuknya barang bekas impor ilegal, terutama pakaian jadi. Purbaya menyatakan saat dalam konferensi pers APBN kita tanggal 20 November 2025 akan melakukan intersepsi di pelabuhan dan pemeriksaan yang lebih teliti lagi. Sumber: finance.detik.com.

Pemerintah Indonesia juga sedang mempersiapkan Bea Masuk Antidumping (BMAD) dan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) untuk melindungi industri dalam negeri. Farhan juga mengapresiasikan langkah Purbaya dalam berkomitmen memberantas praktik impor ilegal. Penutupan kelima pabrik ini menambah daftar panjang yang lebih dari enam puluh perusahaan tekstil yang bangkrut dalam dua tahun ini.