UKMBS Universitas Malahayati Hadirkan Budaya Sumatera Utara dalam Pementasan TABU 12
Genews.co.id Dengan menggelar pementasan Temu Anggota Baru (TABU) angkatan ke-12. Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Malahayati Bandar Lampung kembali menghidupkan pertunjukan seni dunia. Tahun ini tema kegiatannya adalah “Sada Ulos, Sada Tarombo” yang mengacu pada satu ulos dan satu garis keturunan.
Mencerminkan filosofi masyarakat Batak bahwa junjung tinggi nilai kekeluargaan dan persatuan dalam suatu tarombo (silsilah keturunan). Tema ini menyebutkan makna persaudaraan dan kebersamaan. Para penampil membahas tentang ulos kain khas Batak yang melambangkan kasih sayang dan kehangatan. Ulos adalah salah satu cara untuk memberikan wawasan tentang budaya Sumatera Utara.
Ulos yang dikenali tidak hanya dianggap sebagai kostum, tetapi juga merupakan komponen makna yang ingin diungkapkan dalam lewat pementasan ini. Pertunjukan teater “End Game” karya Samuel Beckett yang legendaris ditampilkan dalam TABU 12 dan disutradarai oleh M. Sahrul Sidik. Teater ini dimainkan oleh Satria Jaya Pratama, Zaskia Azahra Putri, Sascia Meilani Putri, dan Miftahul Khairi.
Karakter dari peran yang dimainkan dengan ekspresi dan gestur yang kuat, membuat suasana teater yang semakin bermakna. Semua ini berkat dukungan dari tim produksi yang berada dibalik layar pementasan. Selain itu Friezka Arkadila Zahra sebagai penata busana banyak menampilkan keindahan ulos secara anggun. Serta Khusnia Pratama W. sebagai penata suara yang menghadirkan efek audio yang semarak memperkuat rasa pertunjukan yang semakin nyata.
Simbol Persaudaraan dan Budaya Batak dalam Pementasan Seni

Pembukaan acara dibuka oleh penampilan dari Divisi Musik “Unknown”, yang membawakan lagu daerah Batak yaitu lagu Sinanggar Tulo dan Dongan Matua. Melodi khas Batak mengalun anggun dan lembut, membangun suasana yang hangat di antara penonton.
Pertunjukan diteruskan dengan penampilan menawan dari Divisi Tari “Badra” mempersembahkan Tari Tor-tor Hata Sopisik. Dibawakan dengan penuh ketulusan oleh Putri Khoirunnisa Az-zahra dan Refi Afrita. Tak kalah menarik, hadir pula Tari Tor-tor Si Boru Batak 13 yang dipentaskan oleh Andini Fazrina, Bunga Febrilia, dan Jeny Meylinda, menampilkan kegembiraan dan semangat perempuan Batak dalam melestarikan warisan budaya serta identitas khas mereka.
Keindahan suasana makin terasa hidup berkat keberadaan patung Si Gale-gale, ikon legendaris dari Tanah Batak, yang diletakkan dengan strategis di luar ruang pertunjukan. Patung itu memberikan sentuhan khas yang memperkaya pengalaman para penonton. Selain itu, tersedia juga photobooth dengan suasana Batak yang unik, dihiasi oleh lukisan dan ukiran tradisional yang memikat, menambah daya tarik acara secara keseluruhan.
Hiasan-hiasan itu menambah kesan asli, membuat para pengunjung terasa seperti sedang berada di suasana khas Sumatera Utara secara langsung. Pementasan ini juga menghadirkan makanan khas Sumatera Utara seperti godok-godok dan rondang (brondong jagung khas Batak), yang disajikan kepada para penonton sebagai bentuk apresiasi terhadap kekayaan kuliner Nusantara.
UKMBS Malahayati Tegaskan Komitmen Melestarikan Budaya Lewat Seni

Pementasan TABU selalu punya sesuatu yang beda setiap tahunnya. Tahun lalu mereka bikin miniatur monumen PLTD Apung, sekarang hadir dengan patung Si Gale-gale dan photobooth yang bikin pengunjung nggak bisa berhenti untuk berfoto-foto.
Ketua Umum UKMBS Universitas Malahayati, M. Sahrul Sidik, merasa senang sekali karena antusiasme penonton dari mahasiswa, komunitas, sampai masyarakat umum cukup tinggi,. Lewat acara ini, UKMBS Universitas Malahayati kembali menunjukkan komitmennya buat jaga dan lestarikan tradisi Nusantara lewat seni, sekaligus jadi tempat buat mahasiswa menuangkan kreativitas yang bikin solidaritas dan cinta sama kebudayaan Indonesia makin kuat.


