Rupiah Menguat Tipis, Optimisme Perundingan Dagang AS-China Jadi Angin Segar Pasar
GeNews.co.id -28 Oktober 2025 — Nilai tukar rupiah dibuka menguat tipis pada perdagangan pagi hari ini. Nilai tukar rupiah mencapai Rp 16.618 per dolar Amerika Serikat. Pergerakan rupiah ini mendapatkan dorongan dari optimisme pasar, terhadap kemajuan perusahaan dagang antara Amerika Serikat dan China, dua kekuatan ekonomi terbesar dunia.
Analis mata uang dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, menyampaikan bahwa penguatan rupiah kali ini bersifat terbatas. Pasar masih menunggu hasil konkret dari pembicaraan kedua negara. “Rupiah berpotensi menguat terbatas atau cenderung datar terhadap dolar AS di tengah sentimen risk-on yang datang dari harapan perusahaan dagang AS-China,” ujarnya di Jakarta, Selasa pagi.
Sentimen Positif Menguat Jelang Pertemuan Trump-Xi di KTT APEC

Sentimen positif muncul setelah Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dan Menlu China Wang Yi mengadakan pembicaraan melalui telepon kemarin. Diskusi tersebut terfokus pada persiapan pertemuan puncak antara Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping. Pertemuan ini akan diselenggarakan berlangsung di sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Gyeongju, Korea Selatan akhir Oktober ini.
Wang Yi menyampaikan harapannya agar kedua negara dapat “bekerja ke arah yang sama. Untuk mempersiapkan interaksi tingkat tinggi, dan menciptakan kondisi bagi perkembangan hubungan bilateral yang lebih baik.” Meski demikian, perjanjian dagang yang tengah dirundingkan masih harus mendapatkan persetujuan internal dari masing-masing negara sebelum diumumkan secara resmi.
Ancaman Tarif 100 Persen Dihapus, AS dan China Sepakati Kerangka Kerja Dagang

Sebelumnya, Menteri Keuangan AS Scott Bessent memastikan bahwa telah tercapai kerangka kerja kesepakatan setelah perundingan intensif di Kuala Lumpur. Kerangka tersebut menghapus ancaman pengenaan tarif 100 persen atas impor dari Tiongkok. Yang dijadwalkan 1 November dan menandai terjalinnya kondisi awal yang positif dari kedua belah pihak.
Meski begitu, para pelaku pasar tetap mewaspadai potensi aksi jual di pasar saham domestik. Terutama terkait isu penurunan bobot saham Indonesia di indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI). Hal ini menjadi salah satu faktor yang menghambat laju penguatan rupiah.
Dengan pertemuan Trump dan Xi Jinping yang segera digelar, para investor berharap hasil yang konstruktif dapat mendorong stabilitas dan kepercayaan di pasar keuangan, sehingga rupiah dapat menunjukkan penguatan yang lebih berarti ke depan.


